Selasa, 21 Oktober 2014

Mitos-Mitos Penghambat Prestasi Pengusaha

Segudang prestasi didapatkan melalui belajar dan kerja keras yang didorong oleh motivasi diri
yang kuat untuk meraih sukses sejak masa remaja. Bahkan, disebutkan pendidikan menjadi kunci
sukses keluar dari kesulitan dan dapat memberikai pengetahuan yang lebih dalam meraih
keberhasilan usaha.
Oleh karena itu janganlah Anda percaya akan mitos-mitos seputar wirausaha misalkan ada yang
mengatakan bahwa wirausaha dihasilkan dari bakat dan keturunan atau wirausaha diawali dengan
memiliki uang yang banyak. Semua hal tersebut sebenarnya hanyalah karena kurangnya
pemahaman kita tentang kewirausahaan. Sebenarnya, akal pikiran, karsa, semangat,
kesempatan, waktu, pendidikan, dan pengalaman merupakar benda abstrak yang dijadikan
Sikap dan Perilaku Kerja Prestatif
sebagai modal yang tak ternilai serta sangat menentukar keberhasilan dalam berbisnis dan hidup
bermasyarakat.Telah banyak riset yang dilakukan oleh para peneliti untuk memahami munculnya kewirausahaan,yang hasilnya memberikan pemahaman dan kebenaran bahwa mitos-mitos tersebut tidak boleh dipercaya. Berikut disajikan beberapa mitos yang selalu kita dengar di tengah masyarakat. Mitos: Wirausaha merupakan bakat dan keturunan Bakat memang dapat membantu seseorang menjadi pengusaha, namun bukanlah satu-satunya
penentu untuk menjadi pengusaha. Kenyataannya, banyak pengusaha dapat meraih kesuksesan
yang diawali oleh adanya keterpaksaan dan kondisi hidup yang sulit, serta banyak pula
pengusaha sukses bukan karena faktor keturunan. Sebagai contoh, pemilik Griya Bersih Sehat Ir.
Haryono (Alumnus Teknik Sipil ITB) yang mengembangkan usahanya sampai ke negara
tetangga, bukanlah berasal dari keturunan keluarga pengusaha.
Mitos: Pengusaha adalah pelaku, bukan pemikir
Banyak yang beranggapan bahwa pengusaha adalah pelaku yang langsung menjalankan usaha
di lapangan. Padahal, pengusaha merupakan pelaku sekaligus pemikir. Penekanan untuk
mematahkan mitos ini akan dijelaskan pada pembahasan perencanaan "bisnis, dimana terdapat
satu indikasi bahwa "pemikiran" wirausaha adalah sama pentingnya dengan "melakukan"
wirausaha. Wirausaha harus memiliki kecakapan dalam mempersiapkan bisnisnya dengan
strategi, taktik, dan cara yang semuanya harus diputuskan berdasarkan pemikiran yang
mendalam meski terdapat keputusan intuitif yang bisa saja dijalankan Dr. Moeryati Soedibjo,
pemilik Mustika Ratu, telah berhasil mengembangkan obat dan tanaman tradisional menjadi
komoditi internasional, bahkan beliau pun masih sanggup menyelesaikan studi S3 di usianya
yang ke-70.
Mitos: Wirausaha tidak bisa diajarkan atau dibentuk
Dewasa ini, bagaimanapun, pengenalan kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu dapat
membantu mengusir mitos ini. Seperti semua disiplin ilmu lain, kewirausahaan mempunyai
model, proses, dan studi kasus yang menjelaskan bahwa karakteristik kewirausahaan
sebenarnya dapat diciptakan. Ciri-ciri keagresifan, prakarsa, pengarah, kesanggupan
menanggung risiko, kemampuan analisis, dan keterampilan dalam hubungan antarmanusia dapat
diajarkan. Contohnya adalah Dr. Ir. H. Wahyu Saidi, seorang pengusaha yang belajar sampai
strata tiga yang ternyata sukses dengan Bakmi Tebet dan Bakmi Langgaranya. la pun banyak
membuat buku dan seminar untuk membagi ilmu serta pengalamannya kepada orang lain.
Mitos: Pengusaha adalah selalu sebagai investor
Pendapat yang menyatakan bahwa pengusaha adalah mereka yang bertindak sebagai investor
atau orang yang menyetorkan modalnya tidak salah, namun akan menjadi salah apabila hal
tersebut dianggap sebagai satu-satunya, sebab seorang investor juga harus memiliki perilaku
yang inovatif. Meskipun seseorang pada awalnya tidak mampu menjadi investor, jika la memiliki
kemampuan inovasi yang baik, maka kemampuan tersebut dapat pula dijadikan modal yang
dapat menggantikan sumber daya uang sebagai investasi. Sebagai contoh, Made (Edam Burger)
semula menjual burger orang lain, namun berkat kerja kerasnya lama-kelamaan ia bisa memiliki
pabrik roti burger sendiri dengan omzet mencapai Rp 30 juta per hari.
Mitos: Pengusaha membutuhkan keberuntungan
Pada "tempat dan waktu yang tepat" selalu terdapat keberuntungan, tetapi yang pasti
"keberuntungan" terjadi ketika sudah dilakukan persiapan untuk menemukan peluang. Pengusaha
disiapkan untuk menangkap peluang, dan ketika peluang itu muncul, sering kali dipandang
sebagai "keberuntungan." Sebenarnya akan lebih baik jika melakukan persiapan terlebih dahulu
untuk menghadapi berbagai peluang yang pasti akan terjadi dan pandai memanfaatkan
momentum. Apa yang muncul sebagai keberuntungan tadi sebenarnya membutuhkan suatu
persiapan, penetapan tujuan, keinginan kuat untuk mencapainya, pengetahuan, dan inovasi yang
dikemas dalam sebuah konsep perencanaan. Eka Tjipta Wijaya, pemilik Sinar Mas Grup,
menceritakan bahwa kesuksesannya didapat berkat belajar di pinggir jalan. Peluang yang dimanfaatkannya, mulai dari menjual kopi di pinggir jalan sampai menjadi kontraktor kuburan di
Sulawesi Selatan, mengantarkannya menjadi salah satu konglomerat di negeri ini.
Mitos: Pengusaha harus selalu sukses dan tidak boleh gagal
Persepsi ini sangat keliru, karena pengusaha yang sukses selalu membangun bisnisnya dengan
jatuh bangun dan banyak yang mengalami kegagalan. Merupakan hal yang wajar bila pengusaha
mengalami sejumlah kegagalan sebelum meraih kesuksesan. Mereka mengikuti pepatah jika
pada mulanya gagal, maka Anda harus berani mencoba, mencoba, dan terus mencoba sampai
berhasil. Sebenarnya, kegagalan memberikan banyakpelajaran kepada mereka yang
berkeinginan untuk terus belajar dan sering justru mengarahkan seseorang mencapai kesuksesan
di masa mendatang. Bob Sadino, bos agrobisnis dan supermarket Kemchick yang sudah kenyang
makan asam garam dan jatuh-bangun dalam menjalankan bisnisnya, mengawali kariernya
sebagai supir taksi, kuli bangunan, dan menjual telor ayam secara keliling.
Mitos: Pengusaha adalah sama seperti penjudi
Pengusaha tidak dapat dikatakan sama dengan penjudi. Semua hal berkenaan dengan usaha
pasti tidak terlepas dari sebuah risiko, dari risiko kecil sampai besar. Seorang penjudi terkadang
tidak dapat menghitung risikonya dan mendapatkan kemenangan hanya dari keberuntungan,
sedangkan pengusaha mendapatkan keuntungan atau-kesuksesan dari menghitung risiko.
Pengusaha akan berhasil bila mengawali usahanya dengan kerja keras melalui perencanaan dan
persiapan yang matang untuk memperkecil risiko. Hari Dharmawan, pendiri dan pemilik ritel
besar 'Matahari,' selalu berpegangan bahwa pengetahuan dan kemampuan mengelola bisnis,
termasuk menghitung risiko yang mungkin terjadi di masa depan, harus dimiliki setiap
pengusaha. Karena hal tersebut memungkinkan usaha apa pun yang dirintis bisa tumbuh dan
berkembang menjadi besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih komentar anda di sini

Total Tayangan Halaman

Arsip Blog